Login Sekarang

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MOTIVASI BELAJAR PADA SISWA YANG BERMASALAH DI MAN MALANG I

BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Permasalahan
MAN Malang I sebagai sekolah yang berbasis agama, memiliki misi untuk menumbuh kembangkan semangat penghayatan dan pengamalan ajaran Islam. Kurikulum yang digunakan adalah kurikulum 2004 (bagi siswa kelas X) dan kurikulum 1994 (bagi siswa kelas II dan III). Dalam merealisasi kurikulum tersebut dilakukan proses belajar mengajar selama enam hari selama seminggu, pukul 06.45-14.00 untuk kegiatan intrakurikuler dan pukul 14.30-16.30 untuk kegiatan ekstrakurikuler. Dan untuk menambah pemahaman dan membiasakan siswa mengamalkan ajaran-ajaran Islam, maka dilakukan beberapa kegiatan diantaranya : (1) baca Al-Qur’an pada pagi hari sebelum pelajaran jam pertama dimulai, (2) shalat Dhuha pada saat istirahat pertama, (3) shalat jama’ah Dhuhur pada istirahat kedua dan (4) melakukan kegiatan hari-hari besar Islam, disamping beberapa kegiatan lainnya. Banyaknya mata pelajaran agama yang diajarkan dapat membuat siswa merasa berat dalam menyesuaikan dengan kurikulum yang ada, khususnya siswa yang berasal dari sekolah lanjutan tingkat pertama (SLTP). Hal itu sangat disadari oleh para pendidik di MAN Malang I, oleh karena itu telah diupayakan beberapa program layanan belajar dalam membantu siswa seperti program matrikulasi, program remedial, program pengayaan, program khusus dan program tentor sebaya. Namun meskipun telah diupayakan program-program tersebut masih tetap ditemukan adanya permasalahan siswa yang berhubungan dengan belajarnya. Permasalahan yang paling mendapatkan perhatian dari para guru yaitu mengenai motivasi belajar siswa terutama siswa kelas II yang nantinya akan menentukan penjurusannya ke kelas III. Adanya data-data tentang siswa baik yang diperoleh dari daftar cek masalah (DCM) maupun buku kasus pelanggaran menunjukkan bahwa banyak siswa yang mengalami kesulitan dengan masalah penyesuaian terhadap sekolah dan masalah penyesuaian terhadap kurikulum. Terlihat pada semester satu terdapat 14 siswa yang bermasalah dengan kenaikan kelas dimana nilai pada mata pelajaran yang menjadi syarat untuk kenaikan kelas dari siswa-siswa tersebut mendapatkan nilai di bawah rata-rata. Dari sejumlah mata pelajaran agama yang ada seperti Qur’an Hadits, Aqidah Akhlak, Fiqih, Bahasa Arab dan BAS, nilai rendah yang paling banyak diperoleh siswa yaitu pada pelajaran Qur’an Hadits. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk mengetahui apa yang menjadi penyebab siswa-siswa di kelas dua ini mengalami kesulitan dalam belajar Qur’an Hadits. Motivasi merupakan syarat mutlak untuk belajar karena tujuan daripada motivasi adalah untuk menggerakkan atau menggugah seseorang agar timbul keinginan dan kemauannya untuk melakukan sesuatu sehingga dapat memperoleh hasil atau mencapai tujuan tertentu. Bagi seorang guru, tujuan motivasi adalah untuk menggerakkan atau memacu para siswanya agar timbul keinginan dan kemauannya untuk meningkatkan prestasi belajarnya sehingga tercapai tujuan pendidikan sesuai dengan yang diharapkan dan ditetapkan di dalam kurikulum sekolah (Purwanto, 1990:73). Hal itu sangat disadari oleh guru Qur’an Hadits. Guru bidang studi tersebut melihat bahwa sebagian besar siswanya masih membutuhkan penyesuaian dengan materi Qur’an Hadits. Namun sesuai dengan misi yang ingin dicapai oleh MAN Malang I dimana siswa diharapkan dapat mengamalkan ajaran-ajaran Islam maka guru tersebut mencoba memotivasi siswanya dengan menerapkan metode pengajaran menggunakan sistem evaluasi yang dapat membuat siswa untuk lebih mudah dalam mengaplikasikan apa yang telah diperolehnya dari pelajaran tersebut. Hafalan selain dimaksudkan untuk membantu siswa agar termotivasi untuk belajar ayat-ayat Qur’an Hadits juga merupakan salah satu sistem evaluasi yang bertujuan untuk membantu siswa apabila dalam beberapa kali ulangan siswa tersebut mendapatkan nilai yang buruk. Maka dari nilai hafalan yang diperoleh, nilai siswa tersebut bisa dipertimbangkan. Tidak ada target yang ditetapkan untuk setiap siswa harus menghafalkan ayat-ayat Qur’an Hadits. Hanya saja bagi yang tidak menghafalkan akan mendapatkan poin pelanggaran sebanyak lima. Dan apabila jumlah poin pelanggaran yang diperoleh sudah terlalu banyak maka siswa akan diberi sanksi, seperti membuat surat pernyataan atau tidak diijinkan mengikuti ulangan. Di dalam kelas, guru Qur’an Hadits akan menjelaskan materinya lebih dulu. Apabila satu bab sudah selesai dibahas, maka guru Qur’an Hadits akan memberi tugas untuk menghafalkan ayat-ayat yang telah dibahas pada bab tersebut. Waktu untuk menghafalkan merupakan hasil kesepakatan dengan para siswa, dan biasanya waktu yang disepakati adalah satu minggu. Untuk membantu siswa maka guru Qur’an Hadits akan menunjuk beberapa orang siswa yang ditugasi untuk melatih teman-temannya menghafalkan ayat-ayat Qur’an Hadits. Tujuannya yaitu agar para siswa sudah mempunyai persiapan sebelum menghadap guru Qur’an Hadits. Meskipun upaya memotivasi telah dilakukan namun masih saja terdapat beberapa siswa yang cukup sering mendapatkan poin pelanggaran karena tidak menghafalkan ayat-ayat Qur’an Hadits. Data tersebut tercatat pada buku kasus pelanggaran. Rata-rata para siswa pernah melakukan pelanggaran tidak hafalan sebanyak dua kali. Siswa yang menjadi subyek dalam penelitian ini berjumlah dua orang yang diambil dari 14 siswa yang terancam tidak naik kelas. Alasan dipilihnya kedua siswa ini dikarenakan dari 16 mata pelajaran mereka selama semester satu, dapat dilihat dari data mengenai kedua siswa tersebut yang diambil dari daftar cek masalah (DCM), buku kasus pelanggaran dan nilai raport pada semester I, sebagai berikut :
Dari data di atas terlihat bahwa kedua siswa tersebut kurang bersemangat dalam memberikan hasil yang terbaik bagi dirinya sendiri dan membiarkan dirinya mendapatkan prestasi akademik yang lebih rendah dibandingkan teman-temannya. Motivasi di dunia pendidikan dikenal dengan istilah motivasi belajar, motivasi berprestasi atau motivasi bersaing, yang menunjukkan dimana motivasi itu digunakan untuk suatu perilaku yaitu perilaku belajar, berprestasi ataupun bersaing. Mc Donald (dalam Soemanto, 1990:191) memberikan sebuah definisi tentang motivasi sebagai suatu perubahan tenaga di dalam diri seseorang yang ditandai oleh dorongan efektif dan reaksi-reaksi dalam usaha mencapai tujuan. Menurut Purwanto (1990:72) motivasi mengandung tiga komponen pokok, yaitu: - Menggerakkan, berarti menimbulkan kekuatan pada individu, memimpin seseorang bertindak dengan cara tertentu. Misalnya kekuatan dalam hal ingatan, respons-respons efektif dan kecenderungan mendapat kesenangan. - Motivasi juga mengarahkan atau menyalurkan tingkah laku. Dengan demikian ia menyediakan suatu orientasi tujuan. Tingkah laku individu diarahkan terhadap sesuatu. - Untuk menjaga dan menopang tingkah laku, lingkungan sekitar harus menguatkan (reinforce) intensitas dan arah dorongan-dorongan dan kekuatan-kekuatan individu. Berbicara masalah motivasi belajar merupakan komponen yang sangat mutlak diperlukan oleh setiap individu yang melakukan aktivitas belajar, karena motivasi belajar merupakan faktor psikis yang bersifat non-intelektual yang mempengaruhi proses dan hasil belajar. Motivasi belajar mengandung muatan arti sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subyek belajar itu dapat tercapai. Dikatakan ”keseluruhan” karena pada umumnya ada beberapa motif yang bersama-sama menggerakkan siswa untuk belajar (Sardiman, 1990:75). Motivasi belajar adalah dorongan untuk belajar yang timbul dari diri sendiri (motivasi intrinsik) maupun dari luar (motivasi ekstrinsik) yang mendorong untuk belajar dan berusaha karena adanya suatu kebutuhan dan tujuan tertentu. Menurut Syah (1997:136-137) motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu : 1. Motivasi intrinsik adalah hal dan keadaan yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang dapat mendorongnya melakukan tindakan belajar. Termasuk dalam motivasi intrinsik siswa adalah perasaan menyenangi materi dan kebutuhan terhadap materi tersebut. 2. Motivasi ekstrinsik adalah hal dan keadaan yang datang dari luar individu siswa yang juga mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar. Termasuk dalam motivasi ekstrinsik siswa adalah pujian dan hadiah, peraturan atau tata tertib sekolah, suri tauladan orang tua dan guru. Menurut Sukarno (dalam Musriatim, 2000:19) faktor yang dapat menimbulkan motivasi belajar diantaranya : 1. Bahan pelajaran yang dapat dihayati anak-anak. 2. Anak-anak menyadari tujuan yang dipelajarinya. 3. Bahan yang disajikan sesuai dengan bakat kecerdasannya dan atau pengalaman anak-anak. 4. Sistem evaluasi yang teratur dan setiap kesalahan diperbincangkan bersama. 5. Pujian dan perhatian dari pihak guru dan orang tua sendiri. 6. Sistem evaluasi yang hanya dititikberatkan kepada hafalan saja akan mengurangi motivasi belajar. 7. Hubungan antara guru dan murid. Kekurangan atau ketiadaan motivasi dalam belajar baik yang bersifat internal maupun eksternal akan menyebabkan kurang bersemangatnya siswa dalam melakukan proses pembelajaran materi-materi di sekolah. Nasution (1986:79) mengemukakan fungsi motivasi antara lain : 1. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. 2. Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai. 3. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dijalankan yang serasi guna mencapai tujuan itu, dengan mengenyampingkan perbuatan-perbuatan yang tak bermanfaat bagi tujuan itu. Menurut Herbert, Anderson dan Faust bahwa motivasi dalam belajar dapat dilihat dari karakteristik tingkah laku siswa yang menyangkut minat, ketajaman, perhatian, konsentrasi dan ketekunan. Siswa yang memiliki motivasi yang tinggi dalam belajar menampakkan minat yang besar dan perhatian penuh terhadap tugas-tugas belajar. Mereka memusatkan sebanyak mungkin energi fisik atau psikis terhadap kegiatan tanpa mengenal perasaan bosan atau menyerah. Siswa dengan motivasi yang rendah menampakkan keengganan, cepat bosan dan berusaha untuk menghindari dari kegiatan belajar (Ellida, 1989:10). Dari pernyataan lain didapatkan bahwa siswa yang memiliki motivasi tinggi dalam belajar menunjukkan adanya : 1. Minat yang ditampakkan dengan ketertarikan siswa terhadap bidang-bidang pelajaran tertentu, adanya rasa ingin tahu dan senang bertanya. 2. Konsentrasi dalam belajar, yang meliputi konsentrasi untuk belajar baik di ruangan (kelas) maupun di luar kelas, dan tidak merasa terganggu selama belajar. 3. Menunjukkan perhatian dalam proses belajar mengajar yaitu dengan tidak mengganggu teman dan sikap hormat terhadap guru dan materi yang diberikan selama proses belajar mengajar. 4. Tekun menghadapi tugas meliputi pengerjaan tugas dengan aktif dalam jumlah waktu yang telah ditentukan, tidak mudah menyerah dan tidak cepat bosan. 5. Ketajaman dan pemecahan masalah yang ditampakkan dengan adanya proses intuitif yaitu pemecahan masalah secara tiba-tiba tanpa melalui proses analisis, dapat mengemukakan terkaan-terkaan atas permasalahan secara baik dan tepat (Kurniati dalam Musriatim, 2000:21-22). Ditemukannya permasalahan mengenai prestasi belajar yang rendah pada siswa-siswa tersebut menimbulkan pertanyaan apakah guru tidak berhasil memberikan motivasi yang tepat untuk mendorong agar siswa bekerja dengan segenap tenaga dan pikirannya. Dalam hal ini perlu diingat bahwa nilai buruk pada suatu pelajaran tertentu belum tentu berarti bahwa siswa itu bodoh terhadap mata pelajaran itu. Bertolak dari permasalahan yang ada dipandang pantas dilakukan penelitian dengan judul ”Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Motivasi Belajar Pada Siswa Yang Bermasalah di MAN Malang I”. Dimana rumusan masalah dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi motivasi belajar pada siswa yang bermasalah di MAN Malang I.
2. Tujuan dan Manfaat Penelitian
a. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran atau keterangan secara deskriptif mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar pada siswa yang bermasalah serta memberikan saran-saran tindakan (action) untuk meningkatkan motivasi belajar pada siswa yang bermasalah.
b. Manfaat Penelitian
1. Secara Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran dan kontribusi yang mendalam terhadap perkembangan ilmu pengetahuan pada umumnya dan psikologi pada khususnya serta memberikan sumbangan teoritis pada disiplin ilmu Psikologi Pendidikan.
2. Secara Praktis a. Bagi siswa dapat digunakan sebagai tambahan informasi mengenai perlunya menumbuhkan motivasi dalam diri sebagai pendorong untuk melakukan tindakan belajar agar timbul perasaan menyenangi terhadap materi-materi yang diajarkan.
b. Bagi orang tua dan guru dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam membangkitkan motivasi khususnya yang timbul dari dalam diri siswa sendiri agar siswa menjadi aktif dan belajar sendiri tanpa suruhan atau paksaan dari luar.

Belum ada Komentar untuk "FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MOTIVASI BELAJAR PADA SISWA YANG BERMASALAH DI MAN MALANG I"

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel