Login Sekarang

HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN EMOSI DENGAN SELF EFFICACY PADA REMAJA

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut Hurlock (dalam Mappiare, 1982:25) dunia remaja memang sangat menarik untuk diteliti, karena masa remaja merupakan peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa,masa peralihan merupakan masa dimana remaja meninggalkan masa kanak-kanak menuju masa dewasa yakni mampu meninggalkan sesuatu yang bersifat kekanak-kanakan dan harus mempelajari pola prilaku dan sikap baru untuk menggatikan prilaku dan sikap yang sudah ditinggalkan, dimana usianya berkisar antara 13-20 tahun. Menurut Yusuf (2001:201-209) diusia remaja perubahan-perubahan yang terjadi berlangsung secara bertahap bahkan terkadang remaja sendiri tidak merasakannya tetapi suatu saat mereka akan sadar telah menjadi orang yang berbeda. Perubahan-perubahan pada masa remaja memang tidak mesti sesuai dengan apa yang diharapkan tetapi tuntutan untuk menjadi berubah serta berkembang kearah kemandirian dan kematangan sangat dibutuhkan, karena pada masa remaja diperlukan penemuan identitas diri serta mampu mempersiapkan dirinya untuk masa depan dan mampu menjawab pertanyaan tentang dirinya. Untuk menuju pertumbuhan yang matang remaja dihadapkan pada tugas-tugas perkembangan yang tidak sedikit jumlahnya diantaranya yaitu: menerima fisiknya sendiri, mencapai kemandirian emosional, mengembangkan keterampilan komunikasi interpersonal dan belajar bergaul dengan teman sebaya, menemukan manusia model yang dijadikan identitas, menerima dirinya sendiri dan memiliki kepercayaan sendiri, mampu mengendalikan emosi dan mampu meninggalkan reaksi dan penyesuaian diri yang kekanak-kanakan Kay (dalam Yusuf, 2001:72). Selain itu Hurlock (dalam Mappiare, 1982: 32) mengatakan bahwa masa remaja disebut dengan fase negatif karena dalam fase remaja timbul gejala-gejala negatif antara lain keinginan untuk menyendiri, berkurang kemauan untuk bekerja, kurang koordinasi fungsi-fungsi tubuh, kegelisahan, pertentangan sosial, penantangan terhadap kewibawaan orang dewasa, kepekaan perasaan, kurang percaya diri, kesukaan berhayal. Melihat dari beberapa tugas perkembangan serta permasalahan-permasalahan remaja diatas, remaja diharapkan memiliki self efficacy dalam dirinya karena hal ini berhubungan dengan pandangan individu mengenai kemampuan untuk bertindak dalam situasi yang spesifik. Selain itu self efficacy merupakan persepsi individu tentang dirinya sendiri mengenai seberapa bagus diri dapat berfungsi dalam situasi tertentu. Dengan adanya self efficacy remaja akan mempunyai kekuatan untuk menghadapi berbagai tugas perkembangan yang harus diselesaikan dengan sempurna. Untuk mengetahui tingkat self efficacy dalam diri remaja maka dapat ditandai dengan seberapa besar diri ini dapat memecahakan masalah-masalah yang sedang dihadapi, pernyataan diatas didukung dari hasil penelitian Jex dan Guanowski (1992:35) yang mendapatkan hasil bahwa self efficacy turut mempengaruhi keyakinan dalam mencapai sesuatu. Dari hasil penelitian tersebut juga ditemukan bahwa tingkat terbesar yang mempengaruhi self efficacy adalah adanya konsistensi dalam melakukan hubungan sosial serta dapat memecahkan masalah yang sedang dihadapinya. Dari sejumlah 154 sampel dalam penelitiannya didapatkan 65 % sampel memiliki keyakinan yang baik berpengaruh terhadap pembentukan self efficacy. Individu yang sering melakukan hubungan sosial dengan baik serta seringnya dapat memecahkan masalah yang dihadapi, dengan pengalamannya maka dia akan mudah memberikan keyakinan dalam dirinya kalau dia akan mampu melakukan tindakan untuk mencapai tujuan dengan berhasil. Dalam melakukan hubungan sosia l tersebut dibutuhkan kematangan emosi agar dapat mengontrol emosi serta mengekspresikan emosi tersebut secara wajar tidak berlebihan, selain itu mampu merespon suatu masalah dengan dewasa yakni mampu memberikan solusi yang tepat dan dapat diterima oleh lingkungan. Lebih lanjut penelitian Partino (1999:63) mendapatkan hasil bahwa self efficacy berhubungan dengan unjuk kerja seseorang. Penelitian tersebut menjelaskan bahwa self efficacy mempengaruhi unjuk kerja seseorang, hal ini ditunjukkan oleh rata-rata koefisien korelasi terbobot sebesar 375 yang berada pada daerah interval kepercayaan 95 %, yakni – 055 < r < 945. Unjuk kerja tersebut meliputi prestasi akademik, pengambilan keputusan serta penguasaan keterampilan. Dengan self efficacy maka berbagai bentuk unjuk kerja tersebut dapat tercapai sesuai dengan keinginan. Unjuk kerja seseorang dipengaruhi oleh self efficacy dalam dirinya, karena self efficacy merupakan suatu kekuatan yang mampu mendorong individu dalam berperilaku, dengan kekuatan dan keyakinan tersebut individu mampu menyelesaikan tugas atau pekerjaan tertentu. Unjuk kerja tersebut bisa juga dipengaruhi oleh kematangan emosi, karena dengan kematangan emosi individu akan berpikir dewasa dalam menampilkan emosinya sehingga mampu mengambil keputusan serta penguasaan keterampilan dan meraih beberapa prestasi akademik yang dihadapi. Melihat dari beberapa penelitian diatas maka self efficacy dapat menyebabkan orang menyiapkan diri lebih baik dengan kemampuan yang dimilikinya, tingginya self efficacy membawa individu lebih tahan terhadap permasalahan dan lebih cepat mengambil strategi dan sebaliknya rendahnya self efficacy membuat individu cepat putus asa serta rentan dalam menghadapi masalah. Self efficacy merupakan persepsi individu tentang dirinya sendiri mengenai seberapa baik diri ini dapat berfungsi dalam situasi tertentu. Agar persepsi tersebut dapat diyakini dan diterapkan dalam masyarakat maka dibutuhkan sekali adanya kematangan emosi, dengan kematangan emosi maka remaja akan menghubungkan persepsi tersebut dengan kemampuan untuk mengenali, menafsirkan dan bereaksi secara tepat terhadap situasi-situasi sosial dan juga cara-cara yang dapat diterima sosial dan pada saat yang sama tidak merugikan fisik dan psikis individu itu sendiri. Self efficacy juga merupakan keyakinan seseorang atas kemampuan dirinya dalam mengorganisasikan dan melaksanakan serangkian tingkah laku guna mencapai tujuan. Dengan keyakinan tersebut remaja diharapkan mampu mewujudkan keyakinan yang ada menjadi suatu kenyataan keberhasilan yang dapat diterima masyarakat, dengan begitu maka keyakinan tersebut sangat dipengaruhi adanya kematangan emosi, karena dengan kematangan emosi remaja akan memiliki kontrol dukungan sosial yakni mampu mengendalikan ekspresi emosi disaat dia mengalami ketidak sesuaian sosial dengan menyalurkan emosinya secara fisik dan mental dengan cara yang lebih diterima orang lain, selain itu dengan kematangan emosi remaja akan mampu mengenali dirinya sendiri dalam artian dapat mengetahui sejauh mana diri ini dapat mengendalikan diri terhadap keinginan-keinginan untuk memenuhi kebutuhan sendiri dan mengarahkan pada harapan yang sesuai dengan masyarakat, dengan kematangan emosi pula remaja akan mampu berpikir kritis dalam artian mampu menilai situasi secara kritis terlebih dahulu sebelum bereaksi secara emosional dan mampu memutuskan bagaimana tindakan tersebut selanjutnya. Self efficacy bukan merupakan suatu perkiraan yang kaku mengenai kemampuan berperan sebagai faktor penting dan bagaimana remaja tersebut berperilaku serta cara berpikir dalam sesuatu tersebut, melainkan mampu menghubungkan bagaimana cara berpikir dan berperilaku tersebut dapat diterima oleh masyarakat serta lingkungan yang ada, maka dari itu dibutuhkan adanya kematangan emosi. Dengan kematangan emosi remaja akan mampu mengendalikan ekspresi emosi yang nampak serta berusaha mengalihkan energi yang ditimbulkan oleh tubuh mereka menjadi persiapan untuk bertindak kearah perilaku yang bermanfaat dan dapat diterima secara sosial. Hal ini didukung dari hasil penelitian Adzikriyah (2000:33) bahwa kematangan emosi berhubungan dengan kompetensi sosial remaja. Semakin tinggi kematangan emosi seseorang maka akan semakin tinggi pula kompetensi sosialnya dan sebaliknya semakin rendah kematangan emosi seseorang maka akan semakin rendah pula kompetensi sosialnya. Kompetensi sosial disini merupakan kemampuan atau kecakapan seseorang untuk berhubungan dengan orang lain untuk terlibat dengan situasi sosial yang memuaskan. Dengan kematangan emosi remaja akan dapat bersikap toleran, merasa nyaman mempunyai kontrol diri sendiri, serta mampu menerima dirinya dan orang lain sehingga remaja dengan mudah mengadakan kompetensi sosial. Untuk bisa menerapkan kompetensi dengan baik, harus diimbangi dengan adanya self efficacy, karena dengan self efficacy bisa menumbuhkan keyakinan atas kemampuan diri dalam menampilkan suatu bentuk perilaku yang berhubungan dengan situasi yang dihadapi, sehingga kompetensi sosial tersebut terwujud dan dapat diterima orang lain. Lebih lanjut dari penelitian Hasan (2002:45) mendapatkan hasil bahwa kematangan emosi mempengaruhi strategi coping remaja, bahwa ada hubungan yang signifikan pada kematangan emosi dengan pemilihan strategi coping yang berorientasi pada pemecahan masalah dengan hasil 22,5 %. Dari penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin matang emosi remaja maka akan semakin mudah untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Dengan emosi yang matang remaja akan mampu memiliki strategi coping dengan mudah sehingga remaja tidak akan kesulitan dalam memecahkan masalah yang dihadapinya dan tetap optimis, tenang dalam menghadapi permasalahan yang ada. Untuk menerapkan strategi coping tersebut remaja diharapkan memiliki self efficacy dalam dirinya, dengan adanya self efficacy akan memperkuat keyakinan remaja untuk tetap optimis dalam mencapai keberhasilan. Berdasarkan fenomena yang digambarkan diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih mendalam lagi kedalam judul penelitian “Hubungan Antara Kematangan Emosi dengan Self Efficacy Pada Remaja”.
B. Rumusan Masalah
Dari uraian diatas maka permasalahan yang timbul dapat dirumuskan apakah ada hubungan antara kematangan emosi dengan self efficacy pada remaja.
C. Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan hubungan antara kematangan emosi dengan self efficacy pada remaja.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam mengembangkan ilmu pengetahuan khususnya ilmu pengetahuan psikologi pada bidang sosial dan perkembangan.
2. Manfaat praktis Diharapkan sebagai masukan dalam dunia pendidikan dalam upaya untuk memotivasi para remaja untuk dapat mengendalikan emosi dengan wajar dan menumbuhkan self efficacy dalam diri, agar memiliki rasa optimis dan rasa tanggung jawab pada semua permasalahan.

8 Komentar untuk "HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN EMOSI DENGAN SELF EFFICACY PADA REMAJA"

faiz mengatakan...

ada link buat dapetin jurnal lengkapnya yg gratis gak?
makasih... :D

Perenungan mengatakan...

boleh minta link jurnal-jurnal ttg kematangan emosinya gak min. lagi skripsi jg nih... hehehe...
klo boleh bs kirim ke fahri_komara@ymail.com

trimakasih banyak mimin :)

Unknown mengatakan...

boleh minta jurnal lengkap tentang hubungan kematangan emosi dengan self efficacy gak? :( makasih mimin.

Anonim mengatakan...

maaf bole minta link buat dapetin jurnal atau skala tentang kematangan emosi tidak min? kalau ada tolong dikirim ke email saya ya sitidewisyahrina@yahoo.com

sitidewisyahrina mengatakan...

maaf bole minta link buat dapetin jurnal atau skala tentang kematangan emosi tidak min? kalau ada tolong dikirim ke email saya ya sitidewisyahrina@yahoo.com

Unknown mengatakan...

maaf boleh minta link untuk dapetin jurnal ttg kematangan emosi dan kontrol diri ga min? kalo ada tolong hubungi ke yulisimamora.94@gmail.com.
trimakasih min

Unknown mengatakan...

maaf boleh minta link untuk dapetin jurnal ttg kematangan emosi dan kontrol diri ga min? kalo ada tolong hubungi ke yulisimamora.94@gmail.com.
trimakasih min

Icha Minho Uchiha mengatakan...

Kaa maaf boleh minta jurnal lengkapnya atau lanjutan dari ini ka'?? Kalau boleh tolong kirimkan ke nabila_sydney@yahoo.com

Terimakasi ka sebelumnya ☺

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel