Login Sekarang

HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS DENGAN KEMAMPUAN DALAM MENGAMBIL KEPUTUSAN PENGURUS OSIS SMA

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Kemampuan mengambil keputusan adalah akibat perpaduan antarapengetahuan teoritis tentang kepemimpinan dan “seni” yang di milikisebagai bakat. Karena itu setiap orang dapat meningkatkan ketrampilannya mengambil keputusan yang lebih baik (Siagian,1998: 123).Dalam kehidupan sehari-hari sering terjadi suatu proses atau tindakanyang sangat penting dalam kelangsungan hidup yang harus di lakukan olehsetiap manusia yaitu menentukan atau membuat sebuah keputusan, baik keputusan tersebut untuk pribadi mereka sendiri maupun untuk orang lain (sebuah kelompok). Setiap hari ada banyak keputusan yang harus di buat, di awali pada saat seseorang bangun dan di akhiri pada saat seseorang tidurpada malam hari.Dalam beberapa hal, anak-anak mempunyai keputusan yang samaseperti orang tua mereka, seperti misalnya: apa yang akan di makan? Jam berapa mereka tidur. Tetapi setelah seorang anak menjadi remaja, keputusan yang di ambil menjadi unik. Walaupun mungkin ramaja tersebut merasa asing dengan keputusan yang harus di buatnya tetapi mereka mencoba untuk menemukan dan mengeluarkan jati diri mereka serta menemukan arti dantujuan hidup mereka (James,1999: 1).Seorang remaja ingin membuat keputusan sendiri adalah hal yangwajar. Para remaja cenderung ingin mengatur kehidupan mereka sendiridengan anggapan bahwa hidup mereka adalah milik mereka sendiri dan tidakada seorangpun yang berhak untuk menentukan apa yang harus merekaperbuat.Takut membuat keputusan dan adanya pemikiran bahwa orang lainmengetahui apa yang terbaik untuk mereka lakukan adalah aspek darikonformitas. Masuknya remaja dalam suatu kelompok akan memaksanyauntuk mengikuti aturan-aturan dalam kelompoknya. Di sinilah konformitastimbul. Seorang remaja tidak mau di anggap menyimpang dari kelompoknyasehingga ia cenderung untuk berperilaku sesuai dengan aturan kelompoknya.Harus di sadari kebutuhan seorang remaja akan penerimaan kelompoknya sangat besar. Maka remaja cenderung melakukan aktivitas yang menjadi cirri kelompok tersebut. Ini berarti ketika seorang remaja menjadi anggota suatukelompok mau tidak mau dia harus menjalankan segala aturan yang menjadiciri di kelompok itu kalau ia tidak ingin di anggap berbeda dari yang lain,seperti halnya juga dalam hal mengambil keputusan.Beberapa keputusan di buat sebagai pertimbangan akan perilaku atautindakan yang hendak di lakukan, keputusan yang lain di buat untukmendapatkan penyelesaian atau memilih sesuatu dari pilihan-pilihan yangada (James,1999: 1). Penelitian lain yang bertujuan untuk menguji gayabelajar individual dalam organisasi, pola pengambilan keputusan dan untukmembandingkan model pengambilan keputusan normatif dengan polapengambilan keputusan manajerial aktual telah dilakukan oleh Diahsari danDarokah (2000: 5). Hasil menunjukkan bahwa gaya belajar individu tidakmenunjukkan pola tertentu pengambilan keputusan. Subyek memilihprosedur yang berbeda untuk membuat keputusan, mereka cenderungmenggunakan prosedur pembuatan keputusan yang mereka kuasai danmenghindari prosedur yang mereka rasa sulit.Kameda (1997: 296), dalam penelitiannya berjudul pusat dalamjaringan sosiokognitif dan pengaruh sosial dalam kontek ilustrasipengambilan keputusan kelompok. Dari penelitian yang telah dilakukannyatersebut, diperoleh hasil bahwa dalam membuat keputusan, seseorangmelakukannya secara kelompok, yang mana pilihan tersebut merupakanpilihan yang paling banyak di minati dalam kelompoknya. SedangkanWinquist (1998: 371) memperkuat pendapat Komeda yang dalampenelitiannya mengenai dampak pengambilan keputusan kelompok,mendapatkan hasil bahwa dalam membuat keputusan seseorangmembutuhkan berdiskusi dengan kelompoknya agar keputusan tersebutmerupakan keputusan yang efektif. Sehingga semua hal tersebut merupakanhasil dari konformitas.Dalam hidup ini setiap saat kita di hadapkan pada suatu pilihan. Yangberarti kita harus memikir dan menimbang dan akhirnya kita harusmemutuskan. Powell dan Mainiero (1999: 57) telah melakukan penelitian terhadap 53 manajer yang bekerja di Universitas Amerika. Penelitian yangdilakukannya ini bertujuan untuk menguji pengambilan keputusan manajer berkenaan dengan persiapan memilih pekerjaan. Hasil menunjukkan bahwapengambilan keputusan mempengaruhi dalam persiapan memilih pekerjaan.Semakin baik seseorang dalam pengambilan keputusannya maka persiapandalam memilih pekerjaanpun akan lebih mantap. Hal ini disebabkan dalampengambilan keputusan ditandai oleh adanya penetapan pemilihan yangmerupakan persoalan penting bagi manusia. Tidak semua keputusan di ambildengan mudah, karena itu perencanaan di perlukan untuk mengambilkeputusan yang tepat. Salah mengambil keputusan dapat mengakibatkanmenyimpang dari tujuan, dan mungkin akan membawa pada kekecewaan.Mulatsari (2001: 48) telah meneliti hubungan antara kematanganpribadi dengan pengambilan keputusan pada karyawan PT. Telkom.Penelitian terhadap 53 karyawan PT. Telkom ini menunjukkan korelasi yangpositif (r =0,368;p=0,002). Ini berarti semakin tinggi tingkat kematanganpribadi yang dimiliki oleh karyawan maka semakin baik pula pengambilankeputuasan pada karyawan tersebut. Ini tampak pada kondisi subyek yangmemiliki tingkat kematangan pribadi yang sedang sampai dengan tinggicenderung lebih dapat mengambil keputusan yang baik, sedangkan padaindividu yang tingkat kematangan pribadinya rendah maka pengambilankeputusannya cenderung rendah pula. Hal ini disebabkaan karenapertimbangan-pertimbangan yang matang dan tidak dipengaruhi oleh hal-halyang nantinya hanya akan membuat keputusan itu menjadi gagal atau tidaksesuai dengan yang diharapkan. Oleh karena itu faktor kematangan pribadimenjadi penting didalam menentukan baik atau tidaknya keputusan yangdiambil.Penelitian yang dilakukan oleh Hardini (2004: 46) berjudul tentanghubungan antara keharmonisan keluarga dengan kemampuan dalammengambil keputusan pada remaja. Studi ini dilakukan pada beberaparemaja yang berada di malang. Hasil menunjukkan bahwa ada hubunganpositif antara keharmonisan keluarga dengan kemampuan mengambilkeputusan.Dalam penelitiannya Zebua (2001: 73) telah menemukan hubunganantara konformitas dengan perilaku konsumtif pada remaja putri. Penelitianyang dilakukan pada sebuah SMU khusus putri di wilayah Jakarta Selatan inimenunjukkan korelasi yang positif antara konformitas dengan perilakukonsumtif (r =0,389). Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tingkatkonformitas remaja putri cenderung tinggi. Hal ini sejalan dengankonformitas remaja putri tampaknya memang dipengaruhi oleh keinginanyang kuat untuk memelihara harmonisasi dan memperoleh dukungan emosidalam menjalin persahabatan. Sehingga semakin konform remaja putri dalamkelompok teman sebayanya, dapat di ramalkan bahwa semakin mudah iadipengaruhi untuk memperlihatkan perilaku konsumtif. Hal ini tampaknyatidak terlepas dari keinginan yang kuat pada remaja putri untuk tidak berbedadengan rekan-rekannya dan dapat diterima sebagai bagian dari kelompoknya.Dari hasil yang telah dilakukan oleh para ahli diatas telah diperolehkesimpulan bahwa pengambilan keputusan dipengaruhi oleh kematanganpribadi, kreativitas kemantapan memilih, dan juga dukungan orang lain.Sebab tidak mudah semua orang dapat dengan mudah mengambil keputusan.Ada yang harus melalui pemikiran yang mudah, ada yang harus melaluipertimbangan yang lama dan berkali-kali, bahkan ada yang setelahmengambil keputusan tersebut kemudian timbul keragu-raguan.Dari penelitian yang telah dilakukan oleh Winardi (1993: 57)bertujuan untuk menguji hubungan kelelahan wanita dengan kecepatanpengambilan keputusan. Penelitian ini menggunakan 45 sampel wanita yangbekerja sebagai wanita karir. Hasil menunjukkan ada hubungan positif antarakelelahan dengan kecepatan pengambilan keputusan. Dari kasus tersebutdapat dikarenakan individu yang terlalu lelah setelah melakukan aktivitas,ketika dihadapkan pada suatu pengambilan keputusan maka dalammengambil keputusan tersebut akan timbul keragu-raguan dan bahkankekecewaan.Titisari (2001: 64) telah melakukan penelitian dengan tujuan untukmenguji hubungan antara kematangan sosial dengan pengambilan keputusan.Penelitian yang ditujukan pada beberapa karyawan PT. Telkom Cab.Sidoarjo ini menunjukkan hubungan positif antara kematangan sosial denganpengambilan keputusan pada karyawan PT. Telkom (r=0,368;p=0,002). Iniberarti semakin tinggi kematangan sosial yang dimiliki karyawan, makamakin baik pula kualitas dari pengambilan keputusannya.Dari sumber lain juga diketemukan hasil penelitian tentang hubunganketegasan identitas etnik dengan kemandirian pengambilan keputusan padaremaja madura. Kusumawati (2004: 46) tertarik untuk meneliti dua variabeltersebut dan ditujukan pada 153 siswa-siswi SMK Muhammadiyah 2 Malangini, diperoleh hasil bahwa ada hubungan positif antara ketegasan identitasetnik dengan kemandirian pengambilan keputusan. Maka identitas etnikcukup berpengaruh pada kemandirian pengambilan keputusan seseorang.Dari data-data diatas yang telah ditemukan oleh peneliti, dapatdisimpulkan bahwa ada banyak hal yang mempengaruhi kemampuanmengambil keputusan, baik faktor internal maupun faktor eksternal. Faktorinternal yang dapat mempengaruhi kemampuan mengambil keputusan antaralain : takut membuat keputusan, baik dalam kemampuan penalaran, persepsi,maupun kreativitas. Sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi, antaralain : didikan orang tua, pengaruh dari guru dan pihak sekolah serta pengaruhteman, resiko yang di tanggung, serta besar kecilnya penerimaan dandukungan. Bahkan faktor lingkungan juga sangat penting di dalam halpengambilan keputusan, maka faktor lingkungan sangat menentukan kualitasmanusia. Walaupun keturunan dan watak serta bakat tidak boleh di abaikan,namun di dalam menilai untuk mengandalkan seseorang, dalam prakteknyaharus di ketahui cukup banyak tentang lingkungan asal seseorang dan dalamlingkungan yang bagaimana seseorang barada dalam proses pengambilankeputusan (Atmosudirdjo, 1984: 33).Walaupun kemampuan seseorang dalam mengambil keputusan dipengaruhi oleh banyak hal, tetapi yang paling berpengaruh pada apa yang diperbuat seseorang adalah dirinya sendiri. Seseorang dalam mengambilkeputusan cenderung melakukannya secara otokratik (di putuskan sendiridan tingkat partisipasi orang lain rendah), konsultatif (di putuskan sendiridengan sumbangan ide orang lain), delegatif dan kelompok berdasarkankesepakatan bersama atau konsensus dengan tingkat partisipasi orang laintinggi. Setiap keputusan akan bergantung dari si pengambil keputusan, dansetiap pengambil keputusan adalah produk daripada perkembangankehidupannya.Bila seseorang mampu melihat suatu realitas yang gamblang dia akanmempercayai persepsinya sendiri dan tetap berpegang teguh padapendiriannya meskipun anggota kelompok yang lain menentangnya.Konformitas juga merupakan bentuk penyesuaian diri.Pada dasarnya orang menyesuaikan diri karena dua alasan utama yaituperilaku orang lain memberikan informasi yang bermanfaat dan kitamenyesuaikan diri karena ingin di terima secara sosial dan menghindaricelaan. Alasan konformitas yang kedua demi memperoleh persetujuan ataumenghindari celaan sosial. Rasa takut di pandang sebagai orang yangmenyimpang merupakan faktor dasar hampir dalam situasi sosial (O’ Sears,1985: 82).Seorang remaja akan berusaha menyesuaikan diri agar dapat di terimadengan baik dalam kelompoknya, meskipun itu ia lakukan dengan terpaksadan mengabaikan kepentingan pribadi demi kepentingan kelompok, terutamadalam hal pengambilan keputusan (Pramono,2004: 1).Aflahah (2001: 45) tertarik untuk meneliti hubungan antarakonformitas dengan kecenderungan imitasi gaya hidup konsumtifkelompoknya. Dari penelitian yang telah dilakukan kepada beberapa siswaSMU Diponegoro-Jakarta Timur ini, diperoleh hasil bahwa makin tinggikonformitas seseorang maka kecenderungan imitasi gaya hidupkonsumtifnya akan tinggi pula.Konformitas merupakan perilaku tertentu yang di tampilkan seseorangkarena setiap orang lain menampilkan perilaku tersebut (Sears,1985: 12).Maka dalam penelitian ini akan di teliti mengenai hubungan antarakonformitas yang di punyai siswa dengan kemampuan siswa dalammengambil keputusan. Orang berbuat konformis karena ingin memperolehpenerimaan dan menghindari penolakan orang lain.Baron dan Byane (2000: 356) berpendapat bahwa konformitas tersebutmerupakan dasar dari kehidupan sosial, orang-orang lebih memilih untukberjalan dan melakukan sesuatunya bersama-sama dengan kelompok karenakeinginan mereka untuk menjadi seperti yang di harapkan oleh orang laindan dorongan untuk melakukan yang benar sesuai dengan keinginan sosialdari dunia.Penelitian lain mengenai konformitas juga dilakukan olehPurwaningsih (1999: 46). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahuihubungan antara konformitas santri dengan kepatuhan terhadapkepemimpinan kyai. Dalam penelitiannya tersebut melibatkan 40 santri dipondok pesantren Al-Fattaah. Hasil penelitian menunjukkan hubunganpositif antara kedua variabel tersebut (r=0,606;p=0,000). Ini berartikonformitas mempengaruhi kepatuhan seseorang.Dengan demikian dapat diperoleh kesimpulan bahwa konformitasturut dipengaruhi oleh kecenderungan meniru, penerimaan sosial, dan jugakematangan sosial.Pada hakikatnya, pengambilan keputusan adalah suatu pendekatanyang sistematik terhadap hakikat suatu masalah, pengumpulan fakta-faktadan data, dan pengambilan tindakan yang menurut perhitungan yang tepatselanjutnya setiap keputusan akan di arahkan pada pengambilan sikap dantindakan, dari seleksi beberapa alternatif pilihan, di mana nantinya akanjatuh pada keputusan yang paling menguntungkan dan pilihan itu sendiri ditentukan oleh tujuan dari orang yang mengambil keputusan (Siagian,1984:83).Remaja dalam hal melakukan pengambilan keputusan bukan karenatidak mengetahui jawabannya atau perilaku yang benar, orang-orang benar-benar menyesuaikan diri bahkan meskipun melakukan itu dia menentangprinsipnya sendiri. Sering kali mereka tetap yakin bahwa pemikiran merekabenar. Namun bila di minta memberikan jawaban secara terbuka merekamemberikan jawaban yang sama dengan jawaban yang di berikan orang lain.Inilah yang kita maksud dengan konformitas. Sebagai manusia yang takut salah dan membutuhkan dukungansosial, ada kecenderungan pengurus OSIS memilih bersikap konformisdalam mengambil keputusan. Seperti yang diungkapkan oleh Citra salah satusiswa SMU Kemala Bhayangkari I Surabaya yang menjadi pengurus intiOSIS di sekolahnya mengatakan bahwa dalam mengambil sebuah keputusan diperoleh dari hasil campur tangan para guru maupun pembina OSIS yangmempunyai keinginan tentang jalannya kegiatan sesuai dengan perencanaandari mereka. Walaupun terkadang dalam mengambil keputusan dilakukandengan cara rembug atau kepakatan bersama dari anggota dan pengurus inti,namun hasil akhir yang didapat tetap guru yang memutuskan, meskipunsebenarnya hasil dari keputusan tersebut kurang disetujui oleh para pengurusOSIS tersebut, dengan alasan dewan gurulah yang memegang perananpenting dalam mengambil keputusan, sehingga disini pengurus OSIStersebut merasa hasil dari keputusan yang didapat tidak sesuai dengankeinginan atau harapan dari pengurus OSIS itu sendiri. Seperti halnya dalampemilihan ketua OSIS, seringkali para pengurus OSIS tidak mengetahuisebelumnya siapa saja calon-calon yang terpilih sebagai ketua OSIS, namuntiba-tiba diadakan rapat dan disitu sudah ada ketua OSIS yang baru. Dengandemikian siswa atau pengurus OSIS akan menerima keputusan yang ada,dengan maksud untuk mengikuti saja saran atau masukan yang diberikandari para guru tersebut. Dari sini dapat di lihat bahwa kelompok mempunyaiperanan yang sangat besar dalam menentukan perilaku seseorang. Individucenderung konformis agar tidak di tolak oleh kelompoknya. Sehingga dalamhal ini dapat diketahui bahwa pengurus OSIS sulit dalam mengambil sebuahkeputusan, sehingga pengurus OSIS tersebut melakukannya secarakonformis, hal ini disebabkan oleh siswa atau pengurus OSIS tidak dapatpenuh melakukan kreasinya terutama dalam hal mengambil sebuahkeputusan. Dengan demikian salah satu hal yang menarik untuk di amati adalahbagaimana para pengurus OSIS tersebut mengambil sebuah keputusan,apakah itu keputusan sederhana, seperti misalnya : kapan akan mengadakanrapat?, atau keputusan besar seperti misalnya : pergantian pengurus.Seringkali dalam hal ini guru kurang mempercayai siswa untuk membuatkeputusan, dan sebaliknya masih banyak siswa takut untuk membuatkeputusan sendiri, sehingga akhirnya sulit mendapat suatu keputusan yangdapat dipertanggung jawabkan.Jadi, penelitian ini di lakukan untuk mengetahui bagaimana hubunganantara konformitas dengan kemampuan dalam mengambil keputusanpengurus OSIS.
1.2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada hubunganantara konformitas dengan kemampuan dalam mengambil keputusanpengurus OSIS SMA ? .
1.3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antarakonformitas dengan kemampuan dalam mengambil keputusan pengurusOSIS SMA.
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat Teoritis :Penelitian ini mempunyai manfaat untuk mengetahui hubungan antarakonformitas seseorang dengan kemampuan dalam mengambil keputusannyadan juga penelitian ini di harapkan dapat menjadi masukan yang bermanfaatbagi kemajuan dan perkembangan disiplin ilmu psikologi khususnyapsikologi di bidang sosial dan psikologi industri.
Manfaat Praktis :
Penelitian ini di harapkan dapat memberi masukan kepada para gurudalam membimbing pengurus-pengurus OSIS, khususnya dalam kemampuan mengambil keputusan.

Belum ada Komentar untuk "HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS DENGAN KEMAMPUAN DALAM MENGAMBIL KEPUTUSAN PENGURUS OSIS SMA"

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel