Login Sekarang

HUBUNGAN KONTROL DIRI (SELF CONTROL) DENGAN PERILAKU JUVENILE DELINQUENCY PADA PELAJAR SMAN I SOOKO KABUPATEN MOJOKERTO

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
 Kenakalan remaja seiring dengan kemajuan pembangunan memberikan pengaruh yang cukup berarti terhadap perkembangan dan perubahan nilai-nilai kehidupan dalam masyarakat. Remaja yang mengalami kesulitan emosionalnya bisa jadi akibat dari banyaknya tekanan dalam menghadapi persoalan-persoalan dalam kehidupan mereka. Cara yang termudah bagi mereka untuk menyelesaikan permasalahan mereka sendiri yaitu dengan cara menghindar atau melarikan diri dari persoalan tersebut.  Situasi yang tidak lebih baik inilah yang banyak membuat sebagian remaja memilih bersikap dan bertindak apatis, seperti tawuran, minum-minuman keras, menenggak obat-obatan terlarang dan lain sebagainya yang banyak dilakukan sebagai perwujudan perilaku anti sosial.  Tindakan kekerasan yang dilakukan oleh para pelajar dewasa ini sudah sangat memprihatinkan. Berbagai media massa memberitakan mengenai berbagai bentuk tindak kekerasan pelajar yang bersifat fisik, misalnya saja perkelahian antar pelajar (tawuran), pembunuhan, penodongan, perusakan sekolah, pemerasan dan penganiayaan terhadap sesama pelajar sendiri.   Berdasarkan data Kepolisian Polda Metro Jaya pada tahun 2000 menunjukkan bahwa tindakan kekerasan yang dilakukan oleh para pelajar setiap tahun mengalami peningkatan, baik secara kuantitas maupun kualitas. Jenis kekerasan yang dilakukan oleh mereka cukup bervariasi, mulai dari pencurian, tawuran, perkelahian, penganiayaan, sampai pembunuhan. Dari data tersebut diperoleh informasi bahwa banyak kasus kekerasan pelajar Sekolah Teknik Menengah (STM) atau sekarang disebut Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Dalam banyak kasus kekerasan pelajar, siswa SMK (STM) paling banyak terlibat tawuran, dibandingkan dengan siswa Sekolah Menengah Umum (SMU). Untukkasus tawuran saja misalnya dari tahun 1995 – 1999, telah terjadi ratusan kasus, dan 432 kasus dilakukan oleh siswa STM, sedangkan 218 kasus dilakukan oleh siswa SMU. Padahal, menurut data Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) jumlah STM di Jakarta jauh lebih sedikit daripada jumlah SMU (Zainal Abidin dkk, 2003:13). Penelitian tersebut dilakukan oleh Zainal Abidin dkk, yaitu tentang intensi agresi di kalangan siswa STM dan SMU di kota Bandung memperoleh hasil sebagai berikut, bahwa dengan menggunakan analisis T-test untuk menguji perbedaan dua kelompok subjek menunjukkan hasil t = 3,860, p<0,001, artinya ada perbedaan yang signifikan antara tingkat intensi agresi siswa SMU dan STM (Abidin dkk, 2003: 17).  Berikut adalah beberapa hasil penelitian tentang kenakalan remaja. Salah satunya adalah penelitian yang dilakukan oleh Yulianti (2000:56), yaitu tentang perbedaan tingkat Kenakalan Remaja antara Keluarga Utuh dan Keluarga Cerai. Dari hasil analisa diketahui bahwa ada perbedaan tingkat kenakalan remaja yang sangat signifikan antara keluarga utuh dan keluarga cerai dengan nilai (t = 3,928 dan p < 0,001). Dimana hal ini berarti bahwa remaja dari keluarga cerai memiliki tingkat kenakalan yang lebih tinggi dibandingkan remaja dari keluarga utuh (M2 = 106,07 > M1 = 90,37). Lain halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Kurniawan dari UII (2004: 15) tentang Kecenderungan Berperilaku Delinkuen Pada Remaja Ditinjau dari Orientasi Religius Dan Jenis Kelamin. Hasil analisis korelasi product moment dari Pearson menunjukkan harga koefisien sebesar r = 0,540 (p<0,01) dengan koefisien determinan r2 = 0,292. ini berarti ada korelasi negatif yang signifikan antara orientasi religius dengan kecenderungan berperilaku delinkuen pada remaja, khususnya pelajar muslim SMUN I Tasikmalaya. Yang artinya semakin tinggi orientasi religiusnya, maka semakin rendah kecenderungan remaja untuk berperilaku delinkuen. Sedangkan dari hasil analisis data dengan teknik analisis kovariansi 1-jalur memperlihatkan bahwa, dengan mengontrol variabel orientasi religius, diperoleh harga koefisien sebesar F= 2, 580 (p> 0,05). Ini berarti bahwa dengan mengontrol orientasi religius, tidak ada perbedaan yang signifikan kecenderungan berperilaku delinkuen antara remaja laki-laki dan remaja perempuan. Jenis kelamin tidak berpengaruh terhadap perbedaan tinggi rendahnya kecenderungan berperilaku delinkuen remaja.  Penelitian tentang kenakalan remaja juga dilakukan oleh  Hidayat (2000:111), yaitu  dengan judul Perbedaan Kenakalan Remaja Yang Mengikuti Dengan Yang Tidak Mengikuti Kegiatan Ekstrakurikuler Olah Raga Seni Beladiri Karate. Berdasarkan uji-t terhadap Kelompok Perkelakuan yang membandingkan perilaku kenakalan remaja yang mengikuti dan yang tidak mengikuti kegiatan ekstrakurikuler olah raga seni beladiri karate diperoleh nilai t= 2, 710 ; dengan p= 0,008. dengan demikian terdapat perbedaan yang signifikan perilaku kenakalan  remaja, antara remaja yang mengikuti dan yang tidak mengikuti kegiatan ekstrakurikuler olah raga seni beladiri karate, dimana remaja yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler karate lebih tinggi tingkat kenakalannya (Rerata = 71,946) dibandingkan dengan remaja yang tidak mengikuti kegiatan ekstrakurikuler olah raga seni beladiri karate (Rerata = 64,674).  Sistem kontrol diri (self control) merupakan kondisi tingkah laku yang sudah dibentuk berdasarkan pengaruh keadaan-keadaan yang menekan diri, dimana keadaan tersebut bisa berasal dari luar ataupun dari dalam. Kontrol diri seseorang bisa terbentuk juga karena adanya aturan-aturan atau hukum yang mengikat diri agar tingkah laku yang diwujudkan bisa dikendalikan. Menurut Snyder (2001: 875) kontrol diri merupakan kestabilan dalam penyusunan karakteristik yang juga menghubungkan kecenderungan individu dalam bertindak sesuai dengan sikap mereka.  Dari penelitian yang dilakukan oleh I. M Jawahar dari Illinois State University (2001: 880) tentang pengaruh  sikap dan pengendalian diri dalam keakuratan dari ukuran penampilan dan keputusan personal, mengemukakan bahwa pengendalian diri secara signfikan berpengaruh pada keakuratan ukuran 2 2 = .53) dan keakuratan keputusan (? = - .635, R  = penampilan (? = - . 720, R.40).  Berikut ini adalah hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Widiana dkk, fakultas Psikologi UAD dan UGM (2004: 6), tentang Kontrol Diri dan Kecenderungan Kecanduan Internet. Dari penelitian tersebut mengemukakan bahwa hasil analisis menunjukkan koefisien korelasi (r ) sebesar –0,2030 xy(p=0,046). Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan negatif yang signifikan antara kontrol diri dengan kecenderungan kecanduan internet. Hasil analisis data yang dilakukan menunjukkan bahwa semakin tinggi kontrol diri maka semakin rendah kecenderungan kecanduan internet. Kontrol diri memberikan sumbangan efektif sebesar 4.12% terhadap kecenderungan kecanduan internet.  Menurut penelitian tentang kontrol diri yang dilakukan oleh Ajzen dkk tahun 1982 (Jawahar, 2001: 876) menyebutkan bahwa orang dengan kontrol diri yang tinggi cakap dalam memecahkan isyarat-isyarat dalam lingkungan sosialnya dan juga pandai dalam menyelaraskan tingkah lakunya agar sesuai dengan konteks sosialnya. Sebaliknya, perilaku dengan kontrol diri yang rendah mereflekskan perasaan dan sikap mereka tanpa menghargai situasi atau konsekuensi interpersonal akibat perilakunya tersebut.  Menurut Skinner (Alwisol, 2004:412), kontrol diri (self control) dapat dijalankan dengan jalan menganalisis tingkah laku berdasarkan hubungan sebab dan akibat, dimana sebab-sebab itu sendiri bersifat dapat dikendalikan, karena tingkah laku yang dihasilkan itu bersifat teratur dan berubah-ubah, dan tujuan kita ialah mengendalikannya. Self control ini paling baik dengan menemukan hubungan-hubungan yang taat asas antara masukan-masukan ke dalam individu dengan tingkah laku yang keluar atau tingkah laku yang nampak dari individu.  Dari penelitian yang dilakukan oleh Yaacov Trope dkk dari Tel Aviv Unv., Israel (Trope, 2000: 496) tentang penggunaan self-control secara aktif untuk mengatasi godaan/gangguan mengemukakan beberapa hasil penelitiannya. Hasil riset yang pertama yaitu menunjukkan bahwa penghargaan untuk jangka pendek akan mendatangkan strategi kontrol diri untuk dirinya sendiri daripada orang lain. Dan hasil yang kedua yaitu bahwa dukungan kontrol diri membantu seseorang beraksi sesuai dengan interest jangka panjang mereka. Dan hasilnya ditunjukkan sebagai berikut, seperti yang telah diprediksikan dalam analisa ANOVA bahwa ada hubungan yang signifikan antara durasi godaan/gangguan dengan target, F(1, 108) = 8,58, p < .01.  Terbentuknya kontrol diri (self control) ini dengan baik, tidak terlepas dari kesadaran diri yang tinggi atas kemampuan yang dimiliki individu. Kesadaran diri (self consciousness), adalah satu ciri yang unik dan mendasar pada diri manusia, yang membedakan manusia dengan makhluk-makhluk lainnya.  Dan terbentuknya kontrol diri, tidak terbentuk secara otomatis, melainkan adanya usaha dari individu. Dan tingkatan kontrol diri individu itu ditentukan oleh berapa besar dan sejauh mana individu tersebut berusaha mempertinggi kontrol dirinya. Di lain pihak, kontrol diri itu menentukan langkah-langkah apa yang perlu diambil oleh individu dalam meningkatkan atau mempertinggi kontrol diri.  Tingkah laku kontrol diri, menunjukkan pada kemampuan individu mengarahkan tingkah lakunya sendiri yaitu suatu tindakan yang berkenaan dengan kemampuan melakukan suatu keinginan dengan tujuan yang terarah, meskipun untuk mencapai tujuan tersebut disertai dengan adanya hadiah atau hal-hal yang menyenangkan serta usaha yang sukar atau kemampuan menghilangkan ataumengubah tingkah laku habitual yang tidak dikehendaki.  Seperti halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Prasetyo (2003:43) tentang perbedaan kontrol diri antar remaja yang ikut kebut-kebutan dengan yang tidak ikut kebut-kebutan, menyebutkan bahwa ada perbedaan kontrol diri yang signifikan (t = 4,416, p = 0,000) antar remaja yang ikut kebut-kebutan, dimana remaja yang tidak ikut kebut-kebutan kontrol dirinya lebih baik (x = 95,8) dibanding yang ikut kebut-kebutan (x = 70,20). Begitupula dengan penelitian yang dilakukan oleh Hairiyah (2002:43) tentang hubungan pengendalian diri dengan kecenderungan perilaku mengambil resiko pada mahasiswa Pecinta Alam dengan spesialisasi arung jeram, diketahui bahwa ada hubungan positif yang sangat signifikan antara pengendalian diri dengan kecenderungan perilaku mengambil resiko pada mahasiswa Pecinta Alam dengan spesialisasi arung jeram (r = 0,823 ; sig = 0,000) yang berarti pengendalian diri yang tinggi maka kecenderungan perilaku mengambil resiko akan semakin tinggi pula, sedangkan pengendalian diri yang rendah, maka kecenderungan perilaku mengambil resikonyapun pada taraf rendah.  Sebagian besar individu mempunyai sejumlah keterampilan kontrol diri tetapi ada beberapa orang yang memiliki kontrol diri yang lebih baik dibandingkan dengan yang lainnya ada pula orang yang mengontrol beberapa aspek kehidupannya dengan baik tetapi kesukaran dalam aspek-aspek lain untuk sebagian kecil orang, kekurangterampilan pengontrol diri menimbulkan masalah yang hebat (Mappiare, 1992:41).  Bertitik tolak dari permasalahan tersebut maka kontrol diri diprediksikan mempunyai peran yang cukup besar dalam mengendalikan perilaku juvenile delinquency. Oleh karena itu untuk mengetahui adanya hubungan kontrol diri dengan perilaku juvenile delinquency serta melihat fenomena diatas maka penulis mengambil judul penelitian:  Hubungan Kontrol Diri (self control) Dengan Perilaku Juvenile Delinquency Pada Pelajar SMAN I SOOKO Kabupaten Mojokerto.

B. Rumusan Masalah
  Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan kontrol diri (self control) dengan perilaku juvenile delinquency pada  pelajar SMAN I SOOKO kabupaten Mojokerto. 
C. Tujuan Penelitian 
  Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui adanya hubungan kontrol diri (self control) dengan perilaku juvenile delinquency pada pelajar SMAN I SOOKO kabupaten Mojokerto. 

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat secara teoritis Dengan pencapaian tujuan tersebut, diharapkan hasil penelitian ini dapat berguna untuk:
a. Peningkatan pemahaman terhadap permasalahan sosial dan remaja, terutama mengenai hubungan kontrol diri terhadap perilaku juvenile delinquency diantara para pelajar.
b. Memperkaya wawasan pengetahuan dalam disiplin ilmu psikologi, khususnya bidang sosial, dan perkembangan.
2. Manfaat secara praktis
a. Memberi masukan terutama bagi remaja/pelajar untuk dapat mengendalikan segala bentuk perilakunya, khususnya perilaku yang mengarah pada kenakalan remaja.
b. Informasi ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak, khususnya bagi sekolah-sekolah untuk lebih meningkatkan lagi penanaman nilai-nilai, moral kepada para siswanya, misalnya melalui media TV(pemutaran film), ataupun diskusi bersama. 

3 Komentar untuk "HUBUNGAN KONTROL DIRI (SELF CONTROL) DENGAN PERILAKU JUVENILE DELINQUENCY PADA PELAJAR SMAN I SOOKO KABUPATEN MOJOKERTO"

Unknown mengatakan...

bisa dapet lengkapnya gak ??
please,gue butuh datanya..

bachty mengatakan...

mau tanya tentang teaori psikologi self awareness dan teori self confidence . dimana dapat menemukannya baik teori dan referensi teorinya darimana saja ? Tolong yah Pak, Saya Lagi menyusun Penelitian Ilmiah

SDN 1 PARIGI UPTD PADALARANG mengatakan...

pa bs download lengkapnya g trimksh

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel